Gomi Zero: Petik Sampah Membawa Berkah

 

Gomi Zero: Petik Sampah Membawa Berkah
                   Gambar. Aku yang sedang berfoto pada saat jam istirahat petik sampah tahun 2017

JALAN RAYA Kota Jakarta hari ini tampak lengang. Aku dengan leluasa mengendarai sepeda motor tanpa takut dicegat macet. Pagi hari yang cerah ini tak banyak kendaraan berlalu-lalang. Tak sampai satu jam perjalanan aku pun sudah tiba di tempat tujuan.

Tujuanku adalah Gelora Bung Karno atau yang lebih dikenal dengan GBK. Aku bersama seorang teman datang ke GBK untuk mengikuti technical meeting kegiatan yang akan kami ikuti yaitu Kegiatan Petik Sampah.

Kegiatan petik sampah itu akan diadakan di festival budaya Jepang tahunan bernama Ennichisai yang diadakan dua hari berturut-turut. Berlokasi di Blok M, Jakarta Selatan. Festival Jepang yang besar itu memang kerap menghasilkan banyak sampah sebab di sana terdapat banyak stan pedagang.

Seperti di festival-festival Jepang lainnya, kali ini Jakarta Osoji Club (JOC) sebuah organisasi penggerak kegiatan petik sampah dengan jargon gomi zero (nol sampah) dan kampanye “Malu Buang Sampah Sembarangan” juga turun untuk melakukan aksinya. Selain mengandalkan partisipasi dari anggota klubnya, JOC juga membuka kesempatan untuk siapa saja yang ingin berpartisipasi sebagai relawan dalam kegiatan petik sampah di festival tersebut.

Aku yang selama ini menikmati festival Jepang hanya dengan berkeliling, duduk-duduk atau menonton hiburan yang dibawakan oleh bintang tamu merasa tertarik dengan kegiatan yang sudah sangat akrab di mataku tiap kali mengunjungi festival Jepang itu. Kupikir, apa salahnya jika satu hari kugunakan untuk menjadi relawan dan satu hari lagi untuk festivalan atau yang sering kusebut ngivent. Daripada hanya berkeliling-keliling tak jelas, lebih baik aku berkeliling untuk hal yang lebih bermanfaat. Petik sampah ini, misalnya.

Aku pun memutuskan mendaftar sebagai relawan JOC dan di sinilah aku sekarang berkumpul bersama beberapa orang relawan lainnya untuk mendengarkan penjelasan dan arahan dari penanggung jawab untuk kegiatan petik sampah lusa di Blok M dan sebelum melakukan kegiatan petik sampah di GBK hari ini.

Petik sampah adalah istilah yang digunakan JOC untuk kegiatan memunguti sampah. Aku dan temanku memunguti sampah di sekitaran trek lari dan pintu masuk GBK. Banyak orang datang ke GBK di hari libur ini untuk berolahraga. Namun, hal itu tak menyurutkan semangatku untuk memunguti sampah dan merasa malu. Malah, menurutku yang seharusnya malu ialah mereka yang sesuka hati membuang sampah sembarangan di sini.

Saat aku dan temanku sedang memunguti sampah di dekat selokan, datang dua orang lelaki Jepang, anggota JOC yang menghampiri kami.

“Eh, eh, ada orang Jepang …,” ucapku berbisik-bisik memberi tahu temanku. Dia pun menoleh ke arah yang kupandang.

“Eh, mereka ke sini, Rah.” Aku dan temanku mulai grogi tak jelas saat seorang bapak-bapak Jepang menyorot kami dengan kamera sambil berbicara dengan bahasanya. Kami hanya bisa menyengir karena tak mengerti apa yang diucapkannya.

Setelah dua orang Jepang itu pergi menyorot yang lain, aku pun mulai heboh. “Wah! Kita masuk tv Jepang, San. Manteeep ….”

“Jadi artis kita, Rah,” balasnya. “Walaupun jadi tukang sampah.” dan kami pun tertawa.

Dua hari kemudian, tiba saatnya untuk menjalankan tugas. Namun, saat ini temanku tak bisa datang, jadi aku pergi berdua bersama kakak kelas teman sekomunitas Jejepangan yang kemarin tak bisa ikut technical meeting.

Sesampainya di Blok M, aku dan kakak kelasku berkumpul di stan JOC. Kami saling berkenalan dengan peserta lainnya. Lalu panitia memberikan kami kaos JOC berwarna hijau dan perlengkapan memetik sampah, seperti plastik polybag dan penjepit sampah. Pihak JOC juga telah meletakkan beberapa kardus besar sampah di beberapa titik.

Peserta pungut sampah dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menyisir sampah di lokasi yang berbeda karena memang lokasi festival berblok-blok. Waktu bekerjanya pun dilakukan secara berdurasi, bergantian setiap satu jam. Jadi, peserta yang tak bekerja bisa menggunakan waktunya untuk beristirahat.

Aku dan kakak kelasku berada di kelompok berbeda, tetapi berada dalam waktu kerja yang sama. Sehingga ketika waktu istirahat tiba, kami bisa bersama dan menggunakannya untuk menonton penampilan di panggung kecil dekat stan JOC atau sekadar berfoto dengan cosplayer.

Saat tiba waktunya kembali bekerja, aku menyisir jalanan di depan stan penjual aksesoris Jejepangan. Tak jarang kulihat ada orang yang membuang sampah sembarangan. Dan saat itu pula, pasukan hijau para peserta petik sampah akan mengingatkan, “Malu buang sampah sembarangan, Kakak.” Lalu orang itu akan memungut kembali sampahnya dan memasukkannya ke dalam kantong plastik hitam besar yang dibawa.

Saat malam tiba, kegiatan petik sampah digantikan oleh peserta yang bertugas malam. Namun, peserta shift siang yang ingin melanjutkan tugasnya hingga acara selesai akan dipersilakan dan diberikan reward dari JOC. Aku dan kakak kelasku tak mengikuti shift selanjutnya, sebab rumah kami lumayan jauh dan kendaraan umum sulit ditemukan saat di atas jam sepuluh malam.

Aku dan kakak kelasku langsung pulang setelah evaluasi. Aku memutuskan untuk menginap di kos-kosan kakak kelasku karena waktu sudah sangat malam ketika sampai di sana untuk mengambil motor dan aku tak ingin mengambil risiko berkendara malam hari karena rumahku pun lumayan jauh.

Kegiatan petik sampah ini sangat berkesan bagiku. Di samping mendapat pengalaman bersosialisasi dan berkontribusi menjaga kebersihan lingkungan, aku mendapat relasi teman-teman kegiatan petik sampah dari berbagai sekolah dan universitas. Aku pun mendapat sebuah sertifikat penghargaan sebagai kenang-kenangan dan koleksiku. Selain itu … aku mendapatkan pengalaman menjadi “Artis Jepang”. Hahaha …

----

Cerita ini dibuat oleh :

Sarah Tiana Sapitri lahir pada tanggal 24 Februari. Perempuan asal Tangerang Selatan ini suka kegiatan relawan meskipun dirinya introver. Pengalaman relawannya masih sedikit, tetapi dia berharap bisa terus berkontribusi. Selain menyukai kegiatan relawan, dia juga suka menulis. Dia telah menghasilkan beberapa buku antologi, baik cerpen maupun puisi. Jika ingin mengenalnya lebih dekat, bisa sapa di personal IG-nya: @ziskool10969.

Posting Komentar

0 Komentar