We Are Not Alone, Guys! Act Now (Catatan TUNZA Hari 1)



"Tetapi Kampung dan rumahku, di sanalah ku rasa senang”

Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ITB, Bandung pagi itu di ramai. Banyak polisi siaga mensterilkan lokasi. Gedung Sabuga ini akan menjadi tempat berlangsungnya ‘TUNZA International Children and Youth Conference 2011’. Hari itu, 27 Sepetember 2011 akan dilakukan opening ceremony yang akan dihadiri oleh Wakil Presiden RI serta Executive Director UNEP PBB serta beberapa Menteri.

Sejak pagi-pagi sekali, hotel tempatku menginap, Marbella Suites sudah ramai. Sejak pukul 05.00 WIB makanan telah dihidangkan. Pukul 06.15 WIB shuttle bus pertama akan mengantar kami menuju lokasi convention center. Hal ini dikarenakan seluruh lokasi opening ceremony harus dalam keadaan steril sehingga kami harus datang lebih pagi.

Tiba di Sabuga, rombongan segera berbaris antre untuk diperiksa terlebih dahulu sebelum memasuki lokasi. Rombongan delegasi Indonesia ada 6 bus. Beberapa shuttle bus yang mengangkut delegasi dari Negara lain turut berdatangan. Menambah daftar panjang antrean menuju lokasi.
 
****

Opening Ceremony dimulai. MC mengucapkan salam pembuka menggunakan bahasa Indonesia, Inggris dan Spanyol. Di awali oleh pertunjukan Tari Merak dan Tari Topeng. Diam-diam saya bangga dengan Indonesia. Terlihat para peserta Konferensi dari Negara lain terlihat kagum dengan tarian yang dipertunjukkan. Setelahnya Jamaica Café dengan Acapella-nya mampu membuat kami larut. Terutama dengan theme song yang sengaja dibuat untuk acara ini, “City of Glass”.

Acara dilanjutkan dengan Speech. Dimulai dengan Welcoming Speech oleh Gubernur Jawa Barat. Kemudian dari Menteri Lingkungan Hidup. Dari pidatonya saya mengetahui bahwa ada 118 negara yang turut berpartisipasi di acara ini, dengan total peserta 1042. Dari Indonesia sendiri berjumlah 196 orang peserta.



Pidato dari Achim Steiner, Executive Director UNEP menyatakan bahwa kita tak sendiri dalam melakukan aksi perubahan. Banyak pemuda dari Negara lain yang juga melakukan hal yang sama. Tunza menjadi networking dalam menyuarakan aksi terhadap lingkungan. “Speak to spread environmental issue to all people in planet, in community, home, school, ect.”Katanya mengakhiri.

Selanjutnya Speech dari dua orang representativepemuda, Adeline dan salah seorang dari Asia. Opening Ceremony diakhiri dengan Speech dari Wakil Presiden RI, dilanjutkan dengan opening secara simbolis dengan membunyikan Ubruk, special angklung dari Jawa Barat.

****

Salah satu tujuanku mengikuti konferensi ini adalah untuk lebih banyak menjalin networking bersama pemuda lainnya dari seluruh dunia. Semalam, setelah berkenalan dengan beberapa teman dari Indonesia, saya menyadari betapa mereka memiliki semangat yang tinggi dalam melakukan perubahan, dalam mengejar mimpi. Rata-rata mereka adalah siswa student exchange atau pernah hadir di konferensi pemuda sebelumnya. Mereka saja berani bermimpi, berani merealisasikannya, mengapa saya tidak?

Setelah opening ceremony, dilanjutkan dengan panel discussion. Banyak pemuda maupun anak-anak yang menyuarakan suaranya. Bertanya hal-hal yang masih membingungkan bagi mereka. Saya tertarik dengan salah seorang peserta dari India. Namanya Brata. Umurnya baru 15 tahun, tetapi pikirannya sudah sangat kritis dalam menyuarakan suara pemuda. Di lain kesempatan saya mengetahui bahwa dia adalah salah seorang duta plant for planet dan telah aktif di kegiatan serupa sejak masih menjadi children.

Siang itu, juga ada pengumuman Painting Compettion. Juara pertama diraih oleh Trisha dari Philipine. Dilanjutkan dengan video conference dengan Goodwill Ambassador, Samuel Eto’o setelah makan siangnya.

****

Opening Ceremony menjadi awal bagi kami untuk berkenalan dengan banyak orang. Ya, pagi itu, dengan mengenakan pakaian nasional dari Negara masing-masing. Menunjukkan identitas Negara masing-masing. Tentunya, Indonesia mengenakan batik. Tetapi, ada juga yang mengenakan pakaian adat dayak, jawa, dll.

Pertama kali melihat peserta dari Negara lain, saya merasa bahwa kita tak perlu malu dengan identitas kita. Mereka memakai pakaian yang unik. Bahkan, seorang peserta dari brazil mengenakan pakaian sepak bola dengan tulisan ‘Kaka’ di punggungnya.

Sebenarnya Indonesia sangat kaya dengan budayanya. Tetapi, kami pikir di sini agak ribet jika kami di sini harus mengenakan pakaian adat masing-masing. Batik dengan ciri khasnya sudah mampu menunjukkan bahwa kami dari Indonesia.

Tentu, ajang bertemu mengenakan pakaian khas masing-masing menjadi keunikan tersendiri. Dimulailah dengan sesi foto. Berebut ingin berfoto dengan peserta dari luar negeri. Menjadi kebanggaan tersendiri ketika kita bisa berfoto dengan ‘bule’, terutama yang mengenakan pakaian yang unik. Tak lupa juga untuk berkenalan dan berbagi kartu nama.

****

Hari pertama ada satu sesi workshop yang harus dihadiri tiap peserta. Ada lebih dari 20-an tema workshop yang diselenggarakan. Hari itu, saya memilih workshop dengan tema ‘Eco-preneurship’ dari AV peduli. Pengisinya adalah Vania, salah seorang peserta TUNZA juga dari Surabaya.




Usai workshop, kami kembali ke hotel masing-masing.

Hari itu, saya mendapat beberapa teman baru baik dari Indonesia maupun luar negeri Mereka seperti memberikan semangatnya bahwa kita tidak sendiri dalam melakukan aksi perubahan terhadap lingkungan. Beberapa teman menginspirasi saya untuk berani berbuat lebih terutama dari project-project lingkungan. Karena itulah impelementasi paling nyata untuk berbuat lebih terhadap masyarakat sekitar. ACT NOW!

http://jejaklangkah-b5.blogspot.com/2011/10/aku-bangga-indonesia-tunza-hari-pertama.html

Posting Komentar

0 Komentar