Kemah KATA : Ajak Kaum Muda Rural – Urban Kenali Masyarakat Adat di Gowa


Kemah KATA 2023

Kemah KATA 2023 adalah sebuah kegiatan camp kepemudaan yang diinisiasi oleh Kaum Muda Tanah Air Indonesia (KATA Indonesia), sebuah gerakan bersama dari beberapa organisasi Masyarakat Sipil yang menghubungkan kaum muda rural-urban dengan berbagai isu-isu terkait sosial dan lingkungan yang ada di Indonesia. Kemah KATA sendiri diorganisir oleh organisasi yang tergabung dalam KATA Indonesia meliputi RMI, Teens Go Green Indonesia, Huma, Relawan for Life, Earth Hour Indonesia dan Perkumpulan Tani Merdeka serta bekerjasama dengan AMAN Gowa sebagai pihak organisir di tingkat lokal.

Kemah KATA yang berlangsung selama satu pekan sejak 23-29 November 2023 bertempat di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan mengajak sekitar 35 orang muda untuk belajar lebih dekat tentang Masyarakat adat di Gowa meliputi budaya dan penghidupannya serta tantangan yang dihadapinya. Selama kegiatan peserta akan diajak untuk melihat langsung aktivitas Masyarakat dari dekat termasuk mencoba bagaimana keseharian Masyarakat yang lekat dengan nilai-nilai adat tradisional yang masih diwariskan turun-temurun hingga kini.

Arangangia menjadi titik mula pertemuan antara peserta dari rural dan urban. Arangangi adalah sebuah tempat persinggahan yang dikembangkan oleh AMAN Gowa. Suasana sejuk khas pegunungan dibalut dengan bangunan tradisional yang kebanyakan dari bambu dan dikelilingi aliran Sungai membuat Arangangia menjadi lokasi yang pas untuk memulai perjalanan selama kegiatan kemah KATA.

Sebelum menyelami lebih jauh apa itu Masyarakat Adat, Bang Muhlis, Koordinator PD AMAN Gowa membuka sesi pertama dengan “Siapa itu Masyarakat Adat?”. Sesi pembuka yang akan menuntun perjalanan peserta selama Kemah KATA berlangsung.

Pertemuan antara kaum muda Rural dan Urban berlangsung di Arangangi. Pertemuan yang awalnya terlihat menyisakan ruang ego masing-masing. Di satu sisi, kaum muda urban dengan Tingkat pendidikannya masih menjulang tinggi. Di sisi lain, kaum muda rural yang merasa kenal dengan daerah lokalnya sungkan untuk berbaur. Hanya waktu yang akan menghapus sekat yang ada di antara keduanya.

Dari Arangangia, peserta Kemah KATA akan menghabiskan 2 malam berikutnya di Balassuka, sebuah desa yang masih berada di kecamatan yang sama Tombolo Pao. Di sini, sekolah adat menjadi pusat transfer pengetahuan, menjadi penting bagi Masyarakat untuk menanamkan nilai-nilai adat kepada generasi muda. Di sisi lain dari Balassuka, Hutan, Sawah, Peternakan menjadi mata pencaharian sekaligus ruang penghidupan yang senantiasa dijaga turun temurun.

Desa Balassuka berbatasan langsung dengan Sinjai Barat, sehingga tak aneh bila sebagian warganya memiliki tanah persawahan yang lokasinya berada di Sinjai. Aliran Sungai menjadi pembatas kedua wilayah tersebut yang dikeliling persawahan milik warga Desa Balassuka.

Arumono Sagashi yang dipamerkan di Kp Mapung

Dua malam berikutnya, dari Balassuka, peserta Kemah KATA akan bermalam di Sukka, sekelompok Masyarakat adat di Kampung Mapung, ke arah Utara dari Balassuka. Perjalanan menuju Kp. Mapung terbilang lebih sulit dengan medan yang terjal. Bahkan, mobil pick up yang kami naiki hampir saja tergelincir saat menuju Kp. Mapung.

Sebagian rumah disini dibangun di lereng bukit dan gunung sehingga pilihannya antara jalan adalah rumah di sisi bawah jalan atau rumah berada di sisi atas jalan. Dari kejauhan terlihat puncak-puncak bukti yang berbatasan dengan hutan lindung milik pemerintah.

Melihat kedua kelompok Masyarakat di Balassuka dan Sukka, ada sebagian kemiripan maupun perbedaan. Namun, adanya Kemah KATA ini diharapkan bisa memperkuat semangat kaum muda dalam menjaga dan memperjuangkan hak-hak Masyarakat adat yang kini sering terpinggirkan.

Melalui Arumono Sagashi, sebuah kegiatan observasi melihat-lihat hal yang menarik dari kedua kelompok Masyarakat di Balassuka dan Sukka, peserta kemah KATA diajak untuk menginventarisir hal-hal menarik yang ditemui dikedua tempat tersebut. Dengan perspektif baru dari sudut pandang kaum muda rural-urban, arumono sagashi menjadi media untuk mengenal kembali apa yang ada di Masyarakat lokal yang mungkin selama ini perlahan mulai terkikis karena perkembangan zaman.

Masyarakat adat Balassuka dan Sukka hanyalah dua contoh kelompok Masyarakat adat dari ribuan kelompok yang ada di Indonesia. Pola hidup, pencaharian, penghidupan dan tantangan yang ditemui menjadi contoh bagaimana kelompok Masyarakat adat lainnya pun berjuang memperjuangkan haknya atas ruang hidup yang ditempatinya.

Sesi Komitmen Diri

Kemah KATA secara tidak langsung menghadirkan perspektif baru bagi kaum muda urban bahwa dari setiap kenyamanan dan fasilitas penuh teknologi yang selama ini bisa dinikmati di Kota, ada kelompok masyarakat yang memilih hidupnya berdampingan dengan alam dan menjaga warisan itu turun-temurun ke generasi berikutnya. Di sisi lain, pertemuan antara kaum muda rural-urban seharusnya bisa memberikan perspektif baru bahwa diluar segala akses yang selama ini bisa dinikmati oleh kaum muda urban, ada kelompok generasi muda di rural yang seharusnya memiliki hak akses yang sama; pendidikan, pekerjaan dan ruang bersuara.

Proses untuk memahami perspektif ini tidak akan bisa berlangsung Ketika tidak ada wadah seperti kemah KATA yang mampu menghubungkan kedua hal itu. Meskipun masih banyak perbaikan yang perlu dibenahi ke depannya untuk menghadirkan keberhasilan dari tujuan utama adanya Kemah KATA.

Seperti tertulis dalam kaos kemah KATA, “Kaum Muda Butuh Ruang : Jika Tidak Diberi Kursi, Kita Bawa Kursi Sendiri”.

Bersama Peserta KEMAH KATA 2023 - Arangangia

Ditulis oleh Bambang Sutrisno

Posting Komentar

0 Komentar