CERITA DARI 7 DAYS ZERO PLASTIC CHALLANGE

 

 


Teens Go Green Indonesia pada RBT episode ke-16 mengangkat tema Cerita dari 7 Days Zero Plastic Challange dengan narasumber kali ini berasal dari panitia #7DaysZeroPlastic Ni Kadek Putri A, mentor challange Humayra Qurrata, dan peserta challange Ngurah Gede Prema.

Dalam rangka memperingati hari sampah nasional pada 21 Februari 2021, Teens Go Green sebagai agen penggerak anak muda mengadakan sebuah tantangan bagi para pemuda. Tantangan ini bertajuk “7 Days Zero Plastic Challange” yang diikuti lebih dari 500 pemuda dari berbagai wilayah di Indonesia. Hari Peduli Sampah Nasional, pertama kali ditetapkan  pada tahun 2005 guna memperingati tragedi longsor sampah di TPA Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat. Permasalahan sampah di Indonesia tidak lepas dari tata kelolanya yang belum saja baik. Dalam aksi ini pemuda dituntut untuk bergerak bersama terkait isu sampah, khususnya sampah plastik. Teens Go Green mengajak para relawan 7 Days Zero Plastik Challange untuk bergerak mulai dari diri sendiri dari rumah. Pada intinya, mereka diajak untuk bijak dalam menggunakan plastik, dengan mengajak mereka bergerak bersama dalam sekala besar diharapkan dapat memberi dampak signifikan pula.

Selain mengikuti tantangan ini, peserta juga diberikan edukasi melalui pendalaman materi yang diberikan oleh panitia. Materi diberikan setiap harinya guna meningkatkan kepedulian dan wawasan peserta mengenai jenis-jenis sampah, cara pengelolaan sampah, dan lainnya. Menurut peserta challange materi yang disampaikan terkesan ringkas dan mudah untuk dipahami oleh kalangan muda. Harapannya, peserta juga dapat meningkatkan pemahaman mereka mengenai isu plastik dan dapat mengambil peran dalam meminimalisasi penggunaan plastik sekali pakai. Tantangan ini  dapat membangun komitmen peserta dalam tujuh hari ke depan agar dapat dilanjutkan, sehingga menjadi komitmen individu peduli dengan isu plastik ini.

Tantangan 7 Days Zero Plastic Challange ini menurut perwakilan peserta, dapat memberikan tantangan kepada diri sendiri untuk berusaha tidak menghasilkan sampah pada hari tersebut. Mirisnya, ketika keluar rumah banyak sampah di lingkungan sekitar. Jadi, sebagai anak muda merasa terketuk hatinya untuk dapat peduli dengan lingkungan sekitar melalui sampah. Selain itu, peserta juga menuturkan bahwa dirinya tertarik dengan hadiah yang di janjikan pada lima peserta terbaik. Tantangan bagi sebagian peserta yang mengikuti aksi ini, seperti mengurangi plastik bungkus makanan kemasan yang tidak dapat diganti, menahan diri untuk jajan sembarangan dan mencoba kreatif untuk membuat makanan sendiri. Bagaimana agar tidak menghasilkan sampah atau setidaknya mengurangi plastik yang dihasilkan setiap harinya adalah hal yang paling sulit. Terlebih sebagian masyarakat, misalnya di rumah makan yang masih menganggap aneh jika meminta untuk tidak menggunakan tempat makan sekali pakai dan menggantinya dengan tempat makan sendiri.

Harapan keberlanjutan dari aksi ini, tidak hanya berhenti sampai tujuh hari saja. Jangan hanya terpaku pada laporan yang harus diisi dalam tujuh hari, tetapi dapat menumbuhkan jiwa minimalis plastik ke depannya. Diharapkan juga dapat menggiring teman-temannya untuk mengurangi sampah dan membudayakan gaya hidup minim sampah. Perjuangan ini bukan hanya tujuh hari saja, tetapi dapat berkelanjutan dan menjadi kebiasaan seterusnya. Mengedukasi masyarakat sekitar juga adar mengurangi sampah plastik di sekitar lingkungan kita. –Rizky Nur Fadilah.

Posting Komentar

0 Komentar