Sebuah Harapan untuk Ciliwung: Mengingkatkan Kualitas Lingkungan Hidup



Melewati Jalan H. Wahid, Bojong sekilas tampak sama dengan kebanyakan jalan lain. Itulah sepintas yang ada di benak kami. Namun, menyusuri jalannya setelah sekitar 300 meter, akan tampak berjejer rimbunan pohon bambu. Relief tanah yang naik-turun menambah penasaran kami untuk segera tiba di lokasi yang kami tuju.

Pagi itu, Sabtu, 2 Juni 2012. Kawasan hutan bambu di tepian Ciliwung ramai dipadati oleh orang-orang yang ingin turut serta dalam kegiatan ‘Nimbrung di Ciliwung’. Aku dan Syifa sebagai perwakilan Teens Go Green segera bergabung bersama mereka. Terlihat, kelompok Mahasiswa IPB sudah bersiap ‘mulung sampah’ di ciliwung lengkap dengan karungnya. Beberapa mahasiswa dari Green Community UI menjadi fasilitator dalam lomba mewarnai. Bang Kodir dari Komunitas Ciliwung Condet turut sibuk kesana-sini mengatur koordinasi. Di saung terlihat kelompok ibu-ibu pengajian yang siap menghibur dengan lantunan Qasidah-nya. Warga asyik menyaksikan ramainya kegiatan di Hutan Bambu tepian Ciliwung.

Pagi itu seakan menjadi sebuah harapan baru untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup di Ciliwung. Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup 2012, Komunitas-komunitas yang tergabung dalam Komunitas Peduli Ciliwung membuat kegiatan bertajuk ‘Nimbrung di Ciliwung’. Kali ini kegiatan dipusatkan di Ciliwung Bojong Gede. Hari itu juga, di daerah Bogor diadakan kegiatan ‘Mulung’ sampah se-Kabupaten Bogor.

Hari Lingkungan Hidup 2012 yang mengusung tema “Green Economy: Does it include you?” memiliki makna bagaimana Green Economy bisa meningkatkan kualitas lingkungan hidup kita dan mengajak kita untuk terlibat dan berperan aktif di dalamnya. Menurut Bang Udin selaku tuan rumah Komunitas Ciliwung Bojong Gede, tujuan diadakannya kegiatan ‘Nimbrung di Ciliwung’ yaitu Bagaimana mengembalikan kondisi Ciliwung yang sudah rusak menjadi seperti sedia kala kembali dan juga berusaha mengajak masyarakat untuk turut berbuat bagi kelestarian Ciliwung.

----

Semangat untuk Berbuat!

Beraneka kegiatan dilakukan dalam rangkaian acara ‘Nimbrung di Ciliwung’ hari itu. Mulai dari ‘Mulung’ sampah di sungai, menebar benih ikan, lomba mewarnai untuk anak, hingga susur Kampung Glonggong, Bojong Gede. Beragam kegiatan yang dilandasi semangat untuk melakukan perubahan. Meningkatkan kualitas lingkungan Hidup di Ciliwung yang lebih baik seperti tujuan acara ini.

Sekelompok mahasiswa IPB tanpa ragu dan malu ‘mulung’ sampah di tepian Ciliwung. Kantung-kantung karung tempat sampah mereka pegang. Sampah-sampah plastik mendominasi. Mengganggu keseimbangan ekosistem sungai Ciliwung. Di tepian sungai terlihat sampah-sampah plastik yang tersangkut di ranting-ranting pohon. Mungkin sampah-sampah itu terbawa ketika volume air meluap. 

Di sisi lain, anak-anak Kp. Glonggong sedang asyik mewarnai gambar. Dalam gambar terlihat sebuah keluarga yang sedang berkumpul. Sang anak sedang membaca buku. Sesekali menanyakan pada orang tuanya makna-makna kata yang tidak ia mengerti. “Edukasi” itulah kata salah seorang fasilitator dari Green Community UI. “Lomba ini berusaha meng-edukasi anak-anak untuk turut peduli terhadap Ciliwung, belajar lebih banyak tentang Ciliwung” tambahnya.

Sementara itu, benih ikan lele turut ditebar di sungai. Harapannya kelak ikan-ikan itu mampu memperkaya keanekaragaman hayati Sungai Ciluwung. Kami pun tak mau kalah merasakan pengalaman melepaskan benih ikan lele langsung ke alam, habitat alaminya. Beberapa mahasiswa IPB berebut mengambil benih-benih dari ember. Anak-anak pun penasaran menyaksikan tingkah kami. Menangkapi satu dua benih yang terlihat. Semoga benih-benih ikan itu bisa tumbuh dan berkembang di Sungai Ciliwung. Sebuah harapan yang memenuhi dada kami kala itu.

----

Siang Hari yang Nikmat

Susur Kampung mungkin terdengar aneh. Terbayang di benak kami kala itu menyusuri pemukiman-pemukiman penduduk. Berbeda dengan Repeling (Rute Pendidikan Lingkungan) yang dikembangkan oleh RMI. Repeling lebih mengedepankan kepada edukasi dengan seorang fasilitator yang menjadi pemandu selama perjalanan. Menjelaskan beragam hal yang ada selama perjalanan. Susur Kampung ternyata tak jauh beda. Petualangan! Itulah yang menarik.



Menyusuri jalan setapak di tepian Ciliwung, melewati semak belukar yang tingginya bahkan melebihi tinggi tubuh kami, melihat-lihat pohon lokal yang menghuni tepian Ciliwung. Di satu titik, ternyata kami harus menyeberangi sungai. Arus sungai mengalir deras. Bebatuan menghiasi di dasarnya. Dari kejauhan, suasana yang terasa tidaklah seperti Ciliwung yang telah melekat di benak kami. Jauh berbeda.

Tiba di tepi, perjalanan dilanjutkan. Menyusuri semak-semak. Terhubung ke pemukiman-pemukiman penduduk yang sambung-menyambung. Hingga akhirnya kami tiba kembali di titik awal kami, tepian Hutan Bambu. Sebuah hidangan makan siang telah tersedia menyambut kedatangan kami yang kelelahan setelah Susur Kampung. Siang itu, hidangan yang nikmat di tepian Ciliwung tersaji. Tempe, ikan asin, lalapan, sambal terasi dan sayur asam menjadi menu nikmat makan siang kami.

-----

Permata yang Tersembunyi

Air sangat berarti dalam kehidupan. Tak salah jika para ilmuan menyebutkan bahwa air merupakan salah satu parameter adanya kehidupan. Ilmuan-ilmuan yang meneliti adanya kehidupan di planet selain bumi berupaya meneliti adanya kandungan air terlebih dahulu. Betapa pentingnya air hingga menyebabkan tubuh kita akan mati jika tak minum air. Dalam kehidupan sehari-hari, air identik dengan sungai sebagai sumber air yang mengalir. Sungai yang bersih menjadi sumber kehidupan untuk makhluk hidup di sekitarnya.

Sungai Ciliwung sebagai sebuah ekosistem sungai memiliki peranan penting bagi makhluk hidup di dalamnya. Jika keseimbangannya terganggu akan menyebabkan terganggunya komponen-komponen ekosistem lainnya. Hutan Bambu di tepian Ciliwung Bojong Gede menjadi salah satu komponen penyangga ekosistem. Manusia pun terlibat di dalamnya. Turut andil bagi terciptanya keseimbangan ekosistem.

Dari tepian sungai terlihat anak-anak Kp. Glonggong asyik berenang di sungai. Rakit mereka jalankan perlahan. Beberapa anak lainnya asyik dengan sebuah ban dalam. Terlentang terbawa oleh arus sungai. Sebuah Boat di kayuh oleh beberapa anak. Gayanya mirip seperti Relawan yang siap menyelamatkan korban banjir. Pelampung tak lupa mereka kenakan di tubuh masing-masing.


“Biasanya pada Tubing dari atas sana” Kata salah seorang teman. Tubing atau body rafting yaitu bermain air di sungai dengan menggunakan sebuah ban dimana tubuh kita dibiarkan mengalir mengikuti arus sungai bersama ban. Ada sensasi petualangan ketika ban yang menumpu tubuh kita melewati tekstur sungai yang berundak, melewati batu-batu besar yang menghalangi dimana kita berusaha melepaskan sebebas mungkin akan tubuh kita mengalir mengikuti arus sungai tanpa halangan.

Excited!” Seru Mela, seorang Mahasiswa Uhamka ketika ditanya perasaan pertama kali menginjak lokasi. “Ini bahkan kita sudah sedia baju untuk mencoba tubing di Sungai. Pasti Seru dan Menyenangkan” tambahnya. Begitulah rata-rata pendapat mereka yang ditanya mengenai lokasi Ciliwung Bojong Gede. Susur Ciliwung yang menghadirkan pengalaman baru, Tubing yang menawarkan sensasi liburan. Sebenarnya lokasi ini menyimpan potensi yang besar namun masih belum dimanfaatkan secara luas seperti permata yang tersembunyi.

Mungkin ke depan, jika dikelola menjadi sebuah kawasan Ekowisata yang manawarkan beragam kegiatan menarik, edukatif di dalamnya bisa menarik banyak orang untuk berkunjung. Sembari belajar dan memahami esensi tentang Ciliwung, pengunjung secara tak langsung disadarkan mengenai pentingnya Sungai Ciliwung sebagai bagian dari kehidupan.

-----

Sebuah Harapan untuk Ciliwung yang Lestari

Sampah menjadi masalah utama Sungai Ciliwung. Kesadaran Masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai merupakan hal terpenting. Maka itu, diperlukan peran dari semua pihak untuk membantu menyadarkan masyarakat untuk turut peduli bagi kelestarian sungai.

“Semoga masyarakat sadar untuk tidak membuang sampah di sungai.” Begitulah harapan Mela, seorang Mahasiswa Uhamka ketika ditanya harapannya untuk sungai Ciliwung ke depan. “Bagaimana mahasiswa bisa mengurangi efek pencemaran sungai yang terjadi” Tutur Eko ketika ditanya apa yang bisa dilakukan mahasiswa sebagai salah satu bagian dari masyarakat.

Ke depan, diharapkan acara-acara seperti ini bisa meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya Sungai Ciliwung bagi kehidupan sehingga bisa meningkatkan kualitas kehidupan Lingkungan Hidup di sekitar Sungai Ciliwung. Masyarakat diharapkan bisa turut berbuat melalui hal-hal kecil namun berdampak besar bagi kelestarian Sungai Ciliwung. Berbuat dengan hati, karena dengan ketulusan hati itulah akan tercipta kehidupan yang lestari.

Ditulis oleh : Bambang Sutrisno

Posting Komentar

0 Komentar