Menjaga Laut Indonesia dari Sampah Plastik



Tema yang diangkat pada RBT episode 6 adalah Anak Muda dan Laut Indonesia dengan narasumber Kak Kristi Helena R. Tanjung (Kak Kiti) dari Divers Clean Action (DCA). DCA merupakan suatu lembaga non-profit berbentuk yayasan yang didirikan pada tahun 2015. Dibentuknya lembaga DCA ini berawal dari keresahan suatu komunitas pencinta diving dan snorkeling akan banyaknya sampah-sampah di laut Indonesia dan belum ada lembaga yang mampu untuk menangani masalah tersebut. 

Berdasarkan studi pada tahun 2015, Indonesia merupakan negara kedua terbesar penyumbang sampah laut di dunia. Menurut Kak Kiti, sampah-sampah di laut Indonesia tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga berdampak pada kesehatan manusia dan perekonomian di Indonesia.

Banyaknya sampah plastik di laut menyebabkan terumbu karang sebagai penghasil oksigen tidak dapat tumbuh dengan baik karena sulit untuk terkena cahaya matahari. Selain itu, sampah plastik merupakan jenis sampah yang sulit terurai dan hanya akan berubah menjadi mikroplastik (potongan-potongan plastik kecil). Keberadaan mikroplastik tersebut dapat mengancam kehidupan hewan-hewan di laut karena mikroplastik akan termakan oleh hewan-hewan di laut. Tentunya hal ini juga berdampak pada kesehatan manusia karena kita secara tidak langsung juga akan memakan mikroplastik-mikroplastik tersebut melalui hewan laut yang kita konsumsi. 

Dampak yang ditimbulkan oleh sampah plastik di laut terhadap perekonomian Indonesia yaitu ditutupnya tempat wisata di beberapa pulau yang menyebabkan tempat wisata mengalami kerugian hingga 100 juta. Ditutupnya tempat wisata ini disebabkan oleh sudah terlalu banyak sampah yang menumpuk di pulau tersebut. Hal ini menjadi suatu peringatan bagi kita semua selaku masyarakat Indonesia untuk segera melakukan action agar permasalahan sampah laut di Indonesia bisa segera terselesaikan.

Untuk mengatasi permasalahan isu sampah di laut, DCA memiliki beberapa kegiatan atau program, seperti clean up di laut, campaign dan workshop, pengembangan masyarakat, dan multi stakeholder. Clean up merupakan suatu kegiatan membersihkan laut dengan mengumpulkan sampah-sampah yang bertebaran. Berdasarkan hasil clean-up yang dilakukan oleh DCA, sampah plastik yang paling banyak ditemukan di laut adalah sedotan plastik. Ternyata, sedotan plastik tersebut paling banyak berasal dari restoran. Melihat kejadian tersebut, DCA langsung melakukan aksi dengan mengajak kerjasama berbagai restoran untuk tidak lagi menggunakan sedotan plastik. Aksi ini berjalan dengan sangat baik dan mendapat respon positif dari masayarakat. Aksi yang dilakukan oleh DCA ini berdampak pada pengurangan sampah sedotan plastik hingga 90%. 

Selain sedotan plastik, sampah lain yang juga banyak di temukan di laut adalah kemasan sabun atau sampo sachet. Sampah sachet bekas sabun atau sampo ini merupakan jenis sampah yang sangat sulit untuk didaur ulang karena kemasannya yang terbuat dari beberapa material (multilayer). Di RBT ini, Kak Kiti memberikan beberapa alternatif yang dapat kita lakukan untuk mengurangi sampah sachet tersebut, seperti membeli sampo atau sabun di wadah botol besar, membeli sampo atau sabun di toko curah (refill store), atau membeli sabun dan sampo dengan kemasan yang ramah lingkungan.

Sampah-sampah yang terkumpul dari hasil clean up akan dipilah berdasarkan jenisnya dan selanjutnya dikonversi menjadi suatu data. Data tersebut digunakan untuk melihat tren jenis sampah apa saja yang paling banyak di laut. Selain itu, data tersebut juga berguna saat akan melakukan advokasi kepada pemerintah setempat. Sampah yang terkumpul dari hasil clean-up tidak langsung dibuang ke TPA, namun akan ditangani berdasarkan jenis sampahnya. Untuk sampah organik akan dikompos, sedangkan sampah non-organik yang kemungkinan bisa didaur ulang akan diberikan kepada bank sampah, pemulung atau pelapak. Sampah non-organik yang sulit didaur ulang disalurkan kepada suatu komunitas yang dapat mengolahnya menjadi suatu barang yang dapat dijual.

DCA juga aktif dalam mengadakan campaign di social media dan workshop. Kegiatan ini dilakukan untuk memperluas jaringan ke seluruh daerah di Indonesia agar semakin banyak masyarakat yang peduli terhadap isu-isu yang ada di laut. DCA juga melakukan kegiatan pengembangan masyarakat dengan memberikan pelatihan kepada masyarakat yang tinggal di pulau-pulau kecil atau daerah pesisir pantai mengenai cara mengolah sampah yang baik agar bisa dijadikan sebagai pendapatan. 

Menurut Kak Kiti hal ini penting untuk dilakukan karena penduduk yang tinggal di daerah pantai tersebut merupakan orang-orang yang terdampak langsung dari adanya sampah-sampah di laut. Kegiatan lain yang dilakukan oleh DCA adalah multi stakeholder yaitu melakukan advokasi kepada pemerintah setempat dengan mendiskusikan tentang bagaimana cara manajemen sampah di laut agar tertangani dengan baik dan cara agar masyarakat sekitar lebih termotivasi untuk memilah sampah. Selama pandemi ini, DCA juga tetap aktif melakukan beberapa kegiatan seperti mengadakan webinar dan memantau kegiatan pengembangan masyarakat secara online.

 "Jangan pernah lelah untuk berbuat kebaikan, terutama terhadap lingkungan karena walaupun kita sudah tidak ada nanti, dampak positif dari hal yang kita lakukan akan terus ada sampai kapanpun."

Kita sebagai anak muda harus ikut berperan dalam menyelesaikan permasalahan sampah yang ada di laut karena ini merupakan suatu hal yang menjadi tanggungjawab kita semua selaku masyarakat Indonesia. Tentunya dengan bekerjasama permasalahan sampah di laut ini akan cepat terselesaikan.

----

Catatan ini dibuat oleh :

Nurul Afifah atau yang akrab disapa Nurul adalah seorang anak muda yang memiliki ketertarikan di bidang content writing. Saat ini Nurul sedang berkuliah di Universitas Padjadjaran jurusan Teknologi Pangan. Nurul mulai bergabung di Teens Go Green Indonesia sebagai Volunteer batch 2 pada tahun 2020.

Posting Komentar

0 Komentar